Jumat, 30 Agustus 2013

Ke Myanmar Harus Bayar Visa? Oalah!

Memasuki hari ke empat, panitia #10daysforasean memberikan tema tantangan yang menarik nih, Sobs!
Tentang Visa. Bukan, bukan Visa yang berhubungan dengan jenis kartu kredit/debit dan perbankan lho. Melainkan mas VISA yang senantiasa mendampingi Mbak Passport saat kita bepergian keluar negeri. Udah pada tau kan ya, bahwa Visa adalah dokumen yang dikeluarkan oleh sebuah negara untuk memberi izin bagi seseorang untuk masuk ke negara tersebut dalam suatu periode waktu dan tujuan tertentu. Berisi biodata, masa berlaku visa, dan jenis visa [kunjungan wisata, pendidikan, kerja dan lain-lainnya]. Visa tersebut dapat berupa sebuah sticker [Visa On Arrival] atau lembaran pengesahan khusus yang ditempelkan pada passport kita, sebagai bukti perizinan yang kita peroleh dari negara yang kita kunjungi, untuk masuk dan berkunjung di negara tersebut.

Bicara tentang aplikasi Visa, memang susah-susah gampang. Artinya ada negara yang begitu memudahkan calon wisatawannya dalam pengurusan visa, ada pula yang ribet dan berbelit-belit bahkan akhirnya gagal. So far, baru lima lembar visa yang menempel manis di lembaran passport baruku. Yaitu visa Turkey [3 kali], visa Belarus dan visa Iran. Dan as I said, mengurus visa itu memang susah-susah gampang! :)

Untuk Turkey, aku akui bahwa negeri yang satu ini sangat terbuka dalam menyambut calon wisatawan masuk ke negerinya. Negeri ini begitu menyadari bahwa sektor pariwisata adalah sebuah aset yang harus didukung, dikemas apik serta dipermudah jangkauannya. Salah satu caranya adalah dengan mempermudah pengurusan visa bagi calon visitors/wisatawannya. Tak hanya memberikan kemudahan melalui Visa On Arrival [VOA], tapi negeri cantik ini telah pula menyediakan pelayanan visa online [electronic visa]. Sehingga calon visitors tak harus lagi antri di loket Visa on Arrival begitu landed di negara ini, cukup menuju ke bagian Passport Control, menunjukkan passport beserta elektronic visa yang telah di print out. Praktis banget ya, Sobs! Tak heran jika negeri ini dibanjiri oleh wisatawan luar negeri.

Cuma nih, Sobs, ada kekurangannya deh kalo beli elektronic visa! Apa tuh kekurangannya?
Kekurangannya adalah, si elektronic Visa yang kita cetak di selembar kertas A4 itu, ga bisa nempel manis di lembaran passport deh. Bahkan setelah kadaluarsa [begitu kita exit/keluar] dari negeri yang bersangkutan, si lembaran itu, dengan sendirinya akan menghilang alias kita buang. Hehe.

Sementara jika kita membeli VOA [Visa on Arrival], stikernya akan duduk manis di lembaran passport, seperti ini deh, Sobs!


Sementara untuk mengurus visa masuk ke negara Belarus dan Iran, ternyata tidaklah segampang masuk ke Turkey. Diperlukan ritual khusus untuk mendapatkan visa masuk ke kedua negara ini. Dulunya sih, masuk ke Iran  masih bisa VoA, tapi sejak Indonesia tak lagi memberlakukan VoA bagi pemegang passport Iran, maka kemarin saat kami hendak ke Iran, kami harus apply visa sesuai prosedur normal. Dan hampir saja ga dapat persetujuan, karena kami apply in urgency dan mengurusnya dari Istanbul pula, bukan dari Indonesia, di mana kami berdomisili. Untung saja dapat bantuan surat sakti dari pihak berwenang sehingga akhirnya visa ke Iran dapat kami peroleh dalam waktu dua minggu. Alhamdulillah. Hal yang sama juga berlaku dalam pengurusan visa ke Belarus, 'bantuan khusus dari pihak terkait, akhirnya membuahkan kertas cantik itu akhirnya nongkrong manis di lembaran passportku. 

Visa Iran
Visa Belarus

Nah, Sobs, terlihat jelaskan bahwa selain sebuah passport sebagai identitas diri, maka syarat sah keluar negeri [masuk ke sebuah negara lain] adalah harus dilengkapi dengan VISA. Namun, keadaannya akan lain [tidak butuh VISA], jika kita [warga negara Indonesia] berkunjung atau masuk ke negara-negara jiran yang adalah anggota Asean. Yaitu; Malaysia, Thailand, Singapore, Philipine, Brunei Darussalam, Vietnam, Cambodia, Laos, dan [seharusnya] Myanmar. Mengapa menggunakan kata 'seharusnya' di dalam kurung?

Karena ternyata, Sobs, tema tantangan hari keempat #10daysforasean sungguh telah membuka mataku. Bahwa sesungguhnya, untuk masuk/berkunjung ke Myanmar, ternyata kita KUDU Beli VISA!  Oya? Yes! Lihat deh, jelas sekali tercantum di dalam tema tantangan hari keempat tantangan 10 hari ngeblog for Asean.

  • Hari Keempat : Visa 
  • Hampir semua negara di ASEAN, telah membebaskan pengurusan visa bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke negaranya, namun tidak dengan Myanmar. Kenapa ya, berwisata ke Myanmar tidak cukup dengan mengandalkan paspor saja? Perlu atau tidak visa bagi perjalanan wisata? 
  • Tuliskan pendapatmu di blog, setelah itu twitt postingan dengan #10daysforASEAN mention @aseanblogger. Deadline: Jumat, 30 Agustus 2013, pukul 08.00 WIB.

Tuh kan? Walau berkunjung ke Myanmar belum termasuk ke dalam list of my destination, tapi kaget aja sih mengetahui hal ini. Lain halnya jika perlakuan ini [kewajiban membayar Visa] diberlakukan untuk warga negera non anggota Asean, itu akan terlilhat lumrah, tapi ini untuk sesama anggota Asean gitu lho! Masak harus bayar Visa juga sih, Myanmar? Ada apa denganmu? Bukankah sesama warga Asean itu harus saling percaya, dan saling dukung mendukung? Termasuk di dalam hal kunjung mengunjungi?


Mengapa sih Berwisata ke Myanmar tidak cukup dengan mengandalkan paspor saja? 

Jika pertanyaan di atas membutuhkan jawaban, maka jawaban yang paling tepat menurutku adalah bahwa negeri yang baru saja lepas dari kecamuk 'badai' ini sedang berbenah diri. Untuk berbenah diri dan tidak terpuruk kembali ke dalam 'ranjau' yang masih tersisa, atau malah akan membuat ranjau-ranjau itu kian meningkat, maka negeri ini merasa perlu untuk mengaktifkan 'ranjau detector', agar dapat meminimalisir resiko 'bencana'. Nah, ranjau detector itu adalah Visa, untuk mendata, menyaring/filtrasi para pendatang/penyusup yang masuk ke negerinya. Beuh, bahasanya ampun banget deh, Al! Hehe. Tapi, hal ini kan akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi calon wisatawan yang ingin berkunjung [dan menyumbangkan devisa] ke negeri ini! Bisa-bisa malah menghambat minat para warga Asean lainnya untuk main ke sini donk nanti?

Iya sih, tapi, apa pun alasan Myanmar melakukan hal ini, sebagai tetangga yang baik, kita harus menghormatinya kan? Biarkan mereka menerapkan hal ini sementara waktu, mungkin untuk ke depannya, seiring dengan terbangunnya kepercayaan dan kekompakan antar sesama Asean, the Mystical Myanmar ini akan membebaskan kewajiban Visa bagi sesama anggota Asean. Bisa saja kan?


Perlu atau tidak visa bagi perjalanan wisata? 


Menurutku sih, Myanmar tidak perlu memberlakukan Kewajiban Membayar Visa bagi wisatawan/visitors yang berasal dari anggota Asean. Sama seperti yang diberlakukan oleh negara-negara anggota Asean lainnya. Apalagi dengan terbentuknya Komunitas Ekonomi Asean 2015 nanti, bukankah sudah saatnya kita saling percaya dan bahu membahu dalam mencapai kemajuan dan kejayaan bersama? Lain halnya jika tujuan masuk ke Myanmar adalah untuk bekerja, misalnya, itu baru lain cerita.  Bagaimana menurutmu, Sobs? Are you in the same page with me? :)


4 komentar:

  1. Mbak, kalau byr visa ke Myanmar..aku gak apa-apa. Asal ada yg jd sponsor transportasi dan akomodasinya. #lempar kopi aceh


    #akhirnya dot kom bisa ta buka dr spidi deh

    BalasHapus
  2. Ihiiir, udah banyak stempel cantik yang nangkring nih, Mba.

    Semoga pendapat2 dari sahabat Blog mengenai visa myanmar ini didengar ya, Mba. Kalau tak "harus" membeli Visa, kan bisa jadi wisatawan dari Indonesia bertambah.

    BalasHapus
  3. pengalaman yang menyenangkan bisa berkunjung ke berbagai negara tetangga.

    BalasHapus
  4. Jadi tahu deh, kala saya suatu saat akan berkunjung ke sono

    BalasHapus

Featured Post

Ayam Tangkap Khas Aceh ala So Good

Yuhuu, akhirnya, Ayam Tangkap Khas Aceh ala So Good siap dihidangkan! Bagi yang sering main ke Aceh, khususnya Banda Aceh, pasti sudah fa...

Popular Posts