Apa sih yang aku kagumi darinya? Lelaki yang sering berlidah 'tajam' dan berakting 'ketus' itu? :)
Bukan, bukan ketampanannya atau tubuh atletisnya yang aku kagumi kok, Sobs! Emang Deddy ganteng gitu? Haha. Tapi yang aku kagumi adalah kekayaan kasih sayang dan besarnya rasa tanggung jawab Deddy terhadap putra semata wayangnya. Selama ini, hanya itu yang aku tahu. Bahwa Deddy sangat menyayangi putranya, Azka, dan memilih untuk membesarkannya [tinggal bersamanya]. Itu saja. Dan itu saja pun sudah cukup membuat aku kagum, soalnya jarang-jarang lho seorang laki-laki, sesibuk Deddy, sempat-sempatnya memperhatikan, mengasuh dan membesarkan anak.
Namun tahukah Sobats? Ternyata Azka adalah penderita dyslexia!
Belum pernah dengar? Samaaa! Dan berhubung sedang duduk di depan Macsy dan terkoneksi apik ke internet, segera donk aku berkunjung ke Mbah Wiki sebelum Deddy menjelaskan tentang itu. Haha.
Dan, inilah kata Mbah Wiki tentang Disleksia [dyslexia] itu, Sobs!
Disleksia [dyslexia] adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalalm melakukan aktivitas membaca dan menulis. ~Wikipedia
Penjelasan Mbah Wiki ternyata seragam dengan apa yang dijelaskan oleh Deddy, dengan sedikit tambahan, bahwa biasanya otak kiri penderita Disleksia sangat lemah atau malah tidak berfungsi sama sekali. Hanya otak kanannya yang bekerja normal. Kenyataan inilah yang menyebabkan Azka, kesulitan untuk menghapal huruf, membaca dan menulis, seperti apa yang dialami oleh anak-anak/pengidap disleksia lainnya. Tak heran pula jika nilai akademik Azka selalu saja rendah. Hingga akhirnya Deddy sendiri [yang memang ber-background psycholog] memutuskan untuk mengajarkan sendiri anaknya. Menggunakan metode gambar yang mewakili setiap huruf, dengan sabar Deddy mengajar putra tersayangnya, hingga kemudian, lambat laut, Azka mendapatkan banyak kemajuan. Prestasi akademinya melonjak tajam. Cemerlang! Dan itu adalah murni berkat ketelatenan sang ayah! Wow! Keren banget.
Dan tau enggak, Sobs? Deddy lagi-lagi mengejutkanku! Deddy juga penderita disleksia! Olala. Yup. Deddy bahkan baru menyadari kelainan ini saat dirinya duduk di bangku SMA. Dan kemudian, dengan penuh kesadaran dia memilih jurusan psychologi untuk menerapi dirinya nanti. And it is really work! Sukses. Walau hingga kini, Deddy tetap kesulitan dalam menghapal nama orang, menghapal jalan, dan beberapa kebiasaan lainnya. :)
Back to the topic, "Ketika Amanah itu diTitipkan". Aku yakin, tak ada dari kita yang berharap mendapatkan anak-anak dengan 'keistimewaan' seperti itu kan? Namun apa yang bisa dilakukan para orang tua yang telah 'dipilih' oleh Sang Pencipta untuk mendapatkan 'amanah' ini? Menghilangkannya? Mengucilkannya? Menyembunyikannya dari pandangan para kerabat dan handai tolan karena malu?
Tentu tidak kan, Sobs? Tak selayaknya para orang tua bersikap seperti itu. Karena kalo boleh jujur, si anak sendiri juga tak pernah meminta untuk dilahirkan dengan kondisi seperti itu. Bahkan meminta untuk dilahirkan dengan kondisi lengkap saja pun, tidak. Sudah sepantasnya lah jika orang tua, berusaha maksimal untuk menjadi ayah dan ibu yang layak baginya, menjadi pelindung dan pendukung utama pertumbuhan dan perkembangan dirinya.
Yup, kalimat di atas refleks terketik sebagai updates status fbku malam ini, seraya menonton acaranya Deddy. Dan surprise, status ini bak gayung bersambut. Komen-komen positif saling mendukung pun berdatangan. Alhamdulillah, senang rasanya melihat banyak teman-teman yang sependapat denganku, dan dengan kita semua, Sobs! Bahwa setiap anak adalah special, memiliki plus dan minus yang disisipkan Tuhan sebagai kelemahan dan kelebihannya dalam mengarungi dunia dan kehidupan ini. Adalah tugas para orang tua, membimbing, mendukung dan 'mengelola' amanah ini dengan baik dan bijak. Yuk kita dukung para orang tua yang memiliki anak-anak 'special' ini, yuk, Sobs, untuk tampil penuh percaya diri, bahwa mereka adalah insan-insan terpilih untuk mengemban 'amanah' berat ini. Bahwa mereka akan mampu menjalani dan mengelola 'amanah' ini dengan baik.
ki-ka: Gurunya Cindy, Oki Lukman, Ibunya Cindy, Cindy [Gadis Autis] dan Deddy |
Mantabs... jadi mengingatkan ane dengan film Aamir Khan "Taare Zameen Par " udah nonton lum kak ?? bagus loch... hehehe :)
BalasHapussaya juga 'istimewa' dan baru diberi tahu menjelang dewasa ~ASPERGER~ tapi saya bersyukur kelemahan ini jadi anugerah kekuatan saya melakukan sesuatu yang minati berulang-ulang tanpa sadar sesuatu yang remeh-remeh hingga paham sepaham-pahamnya, yang bagi orang lain hal itu susah dilakukan.
BalasHapusSubhanallah..tiap anak itu istimewa. Jd perenungan buat sy yg pny ank norml utk bersyukur dan tak mbedakn kasih sayang pd ank..
BalasHapusKita tidak bisa memilih, kita hanya menjaga, memelihara, mendidik apa-apa yang diamanahkan pada kita. Anak, selain amanah, dia juga anugrah, harta dan cobaan. Kita tasbihkan semuanya pada Allah, insya Alloh akan menjadi baik.
BalasHapusAku nonton acara Hitam Putih itu, mbak Al. Dalam hati aku berkata,"Rupanya aku masih kurang bersabar pada anak-anakku."
Nice share mbak.
Subhanallah.... semua prang pnya kelebihan dan kekurangan..
BalasHapusSubhanallah.... semua prang pnya kelebihan dan kekurangan..
BalasHapusMbak Al, coba nonton film Ikhsan, Mama I Love u ...
BalasHapusfilm ini menginformasikan kondisi Dyslexia, yang lebih sering dialami pada anak-anak.
dan ketegaran seorang mama (wulan guritno) menghadapi anaknya.
Diberkatilah orang tua yang penuh kasih dititipi amanah luar biasa ya, Mbak. Aku sampe terharu banget baca soal Dedy di sini...
BalasHapusSaya tertarik dengan tulisan anda mengenai Psikologi. Perkembangan psikologi manusia sekarang ini harus sangat diperhatikan agar mereka tidak berkembang dengan mental yang salah. Saya memiliki beberapa tulisan sejenis mengenai psikologi yang dapat dilihat di www.ejournal.gunadarma.ac.id
BalasHapus