Rabu, 04 September 2013

Harus Berani donk Nak - Be brave to Face the World!

Picture grabbed from here
Ini adalah secuil percakapan dengan putri tercinta malam ini, saat sang intan mengirimkan 'sinyal ingin curhat' via Direct Message on my twitter. Yup, seperti yang sering kuuraikan di postingan-postingan sebelumnya, kebanyakan bentuk komunikasiku dengan sang permata hati adalah kebanyakan didominasi oleh jembatan gaib/tak terlihat conversation online via telefon, BBM, Yahoo Messenger, Facebook Chat, Skype dan juga Twitter. Tergantung yang mana satu yang sedang benar-benar comfort untuk kami gunakan. Oh ya, Whatsapp dan Line juga sering memfasilitasi keakraban hubungan jarak jauh kami, sehingga rentang jarak ribuan kilo ini, tak mampu memisahkan kedekatan hubungan batin kami berdua. Jiaaaah. :)

Inti dari percakapan malam ini, adalah membicarakan keinginan Intan dalam menuju pencapaian cita-cita terbarunya. Lho, cita-cita terbaru bagaimana? Berubah-ubah gitu? Hehe, namanya juga anak muda, jadi masih sebentar ingin jadi ini, sebentar ingin jadi itu. Dan sebenarnya sih, selama ini, putri tercinta begitu konsisten untuk tetap ingin menjadi seorang Diplomat, sebagaimana Omnya yang di Turkey. Fokus ingin bisa masuk ke Hubungan International di Universitas Indonesia. Bahkan berbagai persiapan pun sedang dipersiapkan [upgrade knowledge and information] menuju kesana.

Etapi, tiba-tiba saja, entah angin apa si putri salju ini kok malah berubah fikiran. Tiba-tiba beralih haluan! Tak lagi ingin menjadi diplomat dan emoh kuliah di HI. Tak tanggung-tanggung, peralihan cita-cita ini sungguh mengagetkan dan mencengangkanku, dan sedikit mencuatkan rasa kuatir. Bahkan aku yakin kedua orang tuaku juga tak akan menyetujui keinginan ini, karena pasti mereka akan berfikir bahwa cita-cita yang satu ini akan taking a high of safety risk. Tapi sebagai ibunya, tentu aku tak bisa serta merta mematahkan keinginan ini. Aku paham benar bagaimana rasanya jika keinginan/cita-cita yang menggebu itu, dipatahkan atau ditolak justru oleh orang yang seharusnya mensupport kita. Maka aku berusaha untuk menggali pemikirannya, mencoba menyelami seberapa serius putriku menginginkan hal ini. Akankah ini hanya keinginan semu belaka? Yang akan memudar sendiri seiring berjalannya sang waktu?

Awalnya, aku sih berharap agar keinginan ini akan tersamar oleh bergulirnya sang waktu. Namun beberapa bulan berlalu, sang putri malah semakin lengkap informasinya tentang cita-cita ini. Persiapan apa yang harus dilakukan, kemana mencari informasi, departemen apa yang mengurusnya, dan lain hal-hal terkait akan hal itu. Aku pun bagai disadarkan, bahwa Intan serius dengan keinginan ini. Maka kami pun membahasnya secara serius, beruntung papanya memang bekerja/bergerak di bidang terkait, sehingga memiliki banyak informasi mengenai hal ini. Plus kami memiliki banyak sekali kontak person yang memang berkecimpung di dalam bidang yang dicita-citakan Intan ini. Sehingga terkumpullah informasi yang boleh dibilang sangat memperkaya wawasan kami. Informasi yang juga menghenyakkan nafas kami, saat mengetahui biaya untuk mengantar Intan merengkuh cita-cita ini, TERNYATA tidak sedikit bo'. Rata-rata di atas lima ratusan juta, bahkan ada yang malah tujuh ratusan juta. Hiks. Mau duit dari mana? Dan cahaya mata itu terlihat redup saat mengetahui hal ini.

Namun kuyakinkan dirinya, bahwa tiada yang tak mungkin jika memang Allah berkehendak. Pasti akan ada jalan jika Allah merestui Intan menjadi apa yang Intan cita-citakan. Banyak jalan menuju Rhoma, dan kita belum tau jalan mana yang terbaik dan dapat kita tempuh. Tenang saja, masih banyak waktu. Yang paling penting adalah, PERSIAPKAN MODAL UTAMA INTAN.
Apa modal Utama? Yaitu Nilai Akademik, Kesiapan Fisik dan Mental plus Skill atau kelebihan-kelebihan yang dapat menjadi nilai plus nantinya.

Dan malam ini, Intan mencetuskan sedikit kegusarannya jika memang harus menempuh cita-citanya melalui sebuah Akademi milik pemerintah. Memang sih biayanya terjangkau, tapi pesaingnya bejibun, dan pola pendidikannya semi militer pula. Hiks. "Intan takut ga mampu, tuh, Mi." Itulah yang diulang-ulangnya. Dan aku, paling tak suka dengan kata-kata 'takut ga mampu'. Wong nyoba saja belum, kok udah takut duluan. Tapi tentulah tak bijak mengecamnya, melainkan akan lebih arif jika kita mengubah nada teguran menjadi suntikan semangat positif untuk membangkitkan keberaniannya. 

Intan: "Mi, Intan takut banget nanti ga akan mampu kuliah di Akademi itu. Soalnya itu kan semi militer, Mi. Mana Intan sering mimisan pula. Hiks."

Umi: "Nak, Umi pingin tanya dulu nih, Intan sebenarnya serius ga sih dengan cita-cita ini?"

Intan: "Ya serius donk, Umi sayang.

Umi: "Nah, kalo memang serius, mari kita bersiap dari sekarang. Mempersiapkan langkah dengan baik, adalah cara paling baik untuk maju ke medan perang. Masih ingatkan, Umi pernah bicara tentang itu. Bahwa, orang yang pintar sekali pun, kalo dia tidak mengasah kemampuannya, tidak mempersiapkan dirinya, dia tetap tidak akan mampu menghadapi ujian. Dia tak akan lancar menjawab ujian-ujiannya. Dia akan gugup menghadapi cobaan dan ujian, karena dia kurang latihan. Begitu juga dengan hal ini. Justru dari sekarang, jika Intan memang serius untuk mencapai cita-cita ini, maka kita [bukan hanya Intan, tapi kita] harus mempersiapkan diri. Tugas Intan adalah, belajar, tingkatkan prestasi/nilai akademik, persiapkan fisik dan mental Intan. Karena, banyak pun uang kita, jika MODAL UTAMA ini ga cukup, maka Intan tak akan bisa tembus kesana. Tak akan bisa menembus syarat administrasi/saringan akademiknya, misalnya. Ya nggak?

Intan: "Iya ya, Mi."

Umi: Iya donk. Makanya, Umi ingatkan, lagi dan lagi nih, untuk Intan ingat, bahwa mulai sekarang, jangan pernah lagi mengatakan TAKUT. Jangan pernah bilang takut sebelum kita tau persis apa yang akan kita hadapi. Coba Intan bayangkan, kita udah takut duluan membayangkan bahwa kita akan berhadapan dengan harimau, sampai-sampai terpipis di celana gara-gara membayangkan di depan sana akan ada seekor harimau yang akan menerkam kita. Padahal kita sama sekali belum tau nih, apa sih sebenarnya di sana itu. Nah, TERNYATA, yang kita temui di depan adalah seekor kucing angora yang cute dan imut. Coba, rugi enggak dengan waktu yang tersia karena merasa takut duluan?" 

Intan malah terkekeh, "Haha, Umi bisaaaaaa aja bikin perumpamaan. Bener Mi, bener banget! Betul juga tuh Mi. Intan mau tuliskan di kaca ah, biar Intan baca setiap hari kalimat Umi ini."

Umi: "Makanya, dari sekarang, yuk semangat hadapi dan persiapkan diri. Ok?"

Intan: "Okd Umiku sayang. Sekarang Intan mau belajar dulu ya, Mi. Banyak PR nih. Thanks for always being with me. Muaaach!"

Ya Allah, lindungi dan sinarilah mata hati ananda hamba. Terangilah pikirannya, cerdaskanlah ia, dan bantu serta bimbinglah ia mewujudkan cita-citanya yang menurutMu memang baik untuknya. 

Tidak ada daya dan upaya kecuali atas izin Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung

Jangan pernah bilang takut, sebelum kita tau pasti apa yang akan kita hadapi. Jangan-jangan justru seekor kucing angora yang cantik dan lucu yang akan kita temui, sementara kita sudah takut setengah mati karena mengira seekor harimau telah menanti untuk menerkam. Rugi kan? J
Sebuah catatan pembelajaran dalam kehidupan,
Al, 4 September 2013

18 komentar:

  1. Jangan pernah takut!
    Terimakasih Mak, saya malah merasa dinasiehati untuk tidak takut menyelesaikan proposal saya secepatnya!
    Terimakasih Mak!
    Semangat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, jangan pernah takut, apalagi jika belum tau persis akan apa yang dihadapi itu. Rugi kan buang-buang waktu untuk hal yang belum pasti? :)
      Yuk semangat, Mak!

      Hapus
  2. Waduh, kuliah di mana kok biayanya mahal begitu. Jadi sulit menerka kemana Intan akan pergi he he he.

    Oke, persiapkan mulai sekarang yo say
    Semoga tercapai cita-citanya
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, jangan ditebak Dhe, ntar kita ngobrol-ngobrol ya, Dhe. :)

      Trims untuk tips dan supportnya lho, Pakdhe sayang.
      Salam hangat dari Bandung.

      Hapus
  3. ngeri ngebayangin biayanya mbak. Tapi tak ada yg tak mungkin kalo Allah menghendaki.

    Adek saya dulu mau masuk kuliah takut ga bisa bayar. Sampe beberapa tahun ga daftar2. Tp setelah nekad ternyata juga bisa, skrg sudah semester 7 hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bikin lemes begitu kisaran harga untuk mencapai cita-cita ini. Tapi, patah semangat sebelum berjuang, bukan kita banget kan Mba Tarry? Jadi kudu semangat dan yakin, jika memang Allah merestui, niscaya DIA akan menunjukkan jalan. :)

      Tuh kan, jika memang Allah merestui, pasti ada jalan ya, Mbak, seperti adiknya Mbak Tarry tuh. :)

      Hapus
  4. punya Ibu spt ini apa ga bangga anaknya ? tetap semangat ya Intan....bisa kok Inshaa Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, berusaha menjadi ibu yang bisa diandalkan ananda nih, Mi. :)
      Aamiin, semoga ya tante Mimi. :)

      Hapus
  5. Dimana kita berusaha,,, Insya Allah semuanya akan tercapai,, Amin

    BalasHapus
  6. Wah biayanya tinggi juga ya ?
    Banyak pula peminatnya ...

    Apapun yang dipilih Intan semoga menjadi bekal yang baik bagi kehidupannya kelak ...

    Salam saya

    (hhmmm ini akademi yang "undercover" itu ya Kak ?)
    (om-om sotoy)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, akademi 'undercover'nya masih harus diselubung nih Om. :D

      Aamiin untuk doanya, semoga Allah memudahkan dan memberikan jalan terbaik ya, Om. Trims untuk doa dan supportnya. :)

      Hapus
  7. Ketika rasa takut datang menyerang si buah hati, kit memang harus punya senjata ampuh yang bisa untuk meyakinkan mereka untuk jangan menyerah sebelum mencoba.Semangat ya Mba Intan..
    Salam dari Bude di Solo

    BalasHapus
  8. Ayo Intan... jangan takut. Ada ummy yang selalu support. Ummy lebih garang dari pada macan. hihihi...

    Motivasi memang harus kita tanamkan kepada anak-anak, ya mbak Al. Keraguan pada diri anak-anak wajar kalau muncul, tapi disitulah tugas kita. Membangkitkan semangatnya untuk berani menghadapi tantangannya.

    Nice share mbak...

    BalasHapus
  9. membaca tulisan ini tiba2 ada haru menyeruak mb..intan dgn cita2nya yg tinggi dan mbak Al begitu bijak menyikapi segala hal dan tetap penuh semangat.. salam sayang untuk intan...smg suatu saat bisa ketemu intan & mb Al.. *hugs

    BalasHapus
  10. selalu ada banyak jalan menuju Roma, bukankah begitu Al?

    Ketika Intan menggantungkan cita2nya , dan berusaha untuk mencapainya, InsyaAllah akan selalu ada kemudahan menyertainya ,aamiin


    Salam

    BalasHapus
  11. Semoga cita-cita Intan bisa terkabul.aamiin

    BalasHapus
  12. wah jadi makin berani nih baca postingan ini, thanks teh al :)

    BalasHapus
  13. Jangan bilang takut tidak bisa sebelum mencoba, begitu intinya ya mak..

    BalasHapus

Featured Post

Ayam Tangkap Khas Aceh ala So Good

Yuhuu, akhirnya, Ayam Tangkap Khas Aceh ala So Good siap dihidangkan! Bagi yang sering main ke Aceh, khususnya Banda Aceh, pasti sudah fa...

Popular Posts