Selasa, 02 Juni 2009

Seputar Kista

Kista, sebuah kata yang sangat identik dengan penyakit wanita. Mendengar kata yang hanya terdiri dari lima huruf ini, tak jarang banyak wanita yang bergidik dan langsung mengucap ‘amit-amit, nauzubillah, dll’ di dalam hatinya.
Kista, menurut Dr. dr. T. Z. Jacoeb, SpOG-KFER, adalah kantong abnormal yang berisi cairan abnormal di seluruh tubuh. Jadi sebenarnya kista tak hanya bisa tumbuh di indung telur atau di ujung saluran telur (fimbria) namun juga di kulit, paru-paru, usus bahkan otak. Bila produksi cairan di dalam kantong kista bertambah maka kista pun akan membesar. "Lambat laun kantong kista menipis dan sangat mungkin pecah. Sama halnya dengan balon yang rawan pecah saat ditiup semakin besar," tambah Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Klinik Fertilitas & Menoandropause, SamMarie, Jakarta ini.

Faktor pemicu kista saat ini banyak sekali, di antaranya pencemaran udara akibat debu dan asap pembakaran kendaraan atau pabrik. Asap kendaraan, misalnya, mengandung dioksin yang dapat memperlemah daya tahan tubuh, termasuk daya tahan seluruh selnya. Kondisi ini merupakan pemicu munculnya kista.

Kalau dalam satu keluarga ada kerabat dekat, seperti adik ibu, yang mengidap miom, atau adiknya menderita endometriosis maka gampang ditebak bahwa yang bersangkutan punya bakat kista endometriosis. Makanan yang mengandung lemak tinggi pun bisa menjadi zat penyubur tumbuhnya kista. "Itu terjadi karena adanya zat-zat lemak dalam makanan tersebut yang tidak dipecah dalam proses metabolisme tubuh sehingga menaikkan produksi hormon testosteron."
Normalnya, wanita memiliki hormon estrogen dan progesteron, serta sedikit testosteron. Nah, bila kadar hormon testosteron meningkat akibat adanya ketidakseimbangan asupan lemak, maka hormon ini akan dipecah menjadi sumber hormon yang tidak normal bagi hormon estrogen asing. "Karena tertutup hormon lain yang tak normal, maka hormon estrogen di dalam tubuh tidak bisa bekerja dengan baik. Hal ini bisa memudahkan tumbuhnya kista, miom, dan lainnya."

Jenis Kista

Ada beragam jenis kista, contohnya ada jenis kista yang berhubungan dengan fungsi ovarium, disebut dengan kista ovarium atau kista lutein dan besarnya kurang dari 5 cm. Salah satu gejalanya adalah timbulnya keluhan atau sakit tak kunjung reda yang melanda saat menstruasi. Menurut dr Med Hardi Susanto, SpOG dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta Barat, kista ovarium merupakan benjolan yang membesar, seperti sebuah balon yang berisi cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air, darah, nanah, atau cairan coklat kental seperti darah menstruasi yang disebut kista coklat atau kista endometriosis. Kista ovarium/lutein banyak terjadi pada wanita di usia subur atau reproduksi dan biasanya dapat mengecil atau hilang dengan sendirinya setelah wanita memasuki masa menopause, karena menurunnya aktivitas indung telur. Namun kista ini tidak berbahaya dan tidak perlu diangkat apabila tidak mengganggu janin, tetapi membutuhkan pengawasan khusus. Kista ini akan mengecil atau hilang dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Adalah sangat penting untuk mewaspadai adanya kista ovarium ini, karena gejalanya seringkali tidak disadari, maka sangat disarankan bagi setiap wanita untuk secara rutin melakukan pemeriksaan ginekologi, terutama jika keluhan berlangsung lama dan disertai gejala-gejala seperti menstruasi yang datang terlambat, tidak teratur dan disertai rasa nyeri, perut terasa penuh dan tertekan, nyeri yang tajam pada perut bagian bawah, dan gangguan fertilitas atau kesuburan. Gejala Hirsutisme, yaitu tumbuhnya rambut seperti di wajah, kaki, perut.
Kista lainnya adalah dermoid. Kista ini mengandung organ manusia dalam bentuk sel embrionik sebagai cikal bakal manusia, sehingga tak heran jika diangkat ditemukan rambut, gigi, lemak dan tulang.

Lalu ada pula kista endometriosis yang berhubungan dengan nyeri haid. Kista ini disebut juga kista coklat, karena di dalamnya ada cairan berwarna coklat kehitaman berasal dari darah yang mengental dan membeku.
Kista adenoma adalah kista yang berasal dari lapisan indung telur dan berpotensi untuk ganas.

Kista, hendaknya jangan sampai membuat panic wanita yang divonis memilikinya, karena sebagaimana disebutkan di atas, kista terdiri dari berbagai jenis, dan tidak selalu berbahaya. Namun kista tetap perlu diwaspadai karena tanda dan gejalanya sering kali tidak disadari dan baru terdeteksi saat seseorang memeriksakan dirinya atau berkonsultasi kepada dokter.

"Penanganannya tidak selalu harus dengan tindakan operasi, kecuali jika kista dianggap berbahaya, ukurannya makin membesar, lebih dari 5 cm, benar- benar mengganggu dan menimbulkan sakit yang luar biasa pada si penderita, terutama apabila kista terpuntir atau pecah," ungkap dr Med Hardi Susanto, SpOG dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta Barat ini.

Walaupun kista tidak selalu menjadi ganas atau mengarah kepada kanker, namun demikian pemeriksaan tetap perlu dilakukan untuk mengetahui indikasi dan penanganan yang lebih tepat.

Terapi bedah atau operasi merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien apabila kista tidak menghilang, memiliki ukuran besar, menimbulkan keluhan- keluhan seperti rasa nyeri perut, nyeri haid atau gangguan siklus dan infertilitas. Dibandingkan dengan metode konvensional, di mana pasien dibedah dengan sayatan yang lebar di sekitar perut untuk pengangkatan kista, metode laparoskopi merupakan metode terkini (Gold Standard) dalam dunia kedokteran.

Laparoskopi merupakan teknik pembedahan atau operasi yang dilakukan dengan membuat dua atau tiga lubang kecil (berdiameter 5-10 milimeter) di sekitar perut pasien. Satu lubang pada pusar digunakan untuk memasukkan sebuah alat yang dilengkapi kamera untuk memindahkan gambar dalam rongga perut ke layar monitor, sementara dua lubang yang lain untuk peralatan bedah yang lain.

Teknik ini disebut juga teknik operasi minimal invansif (Minimal Invansive Surgery). Namun, teknik ini tetap memiliki resiko bagi pasien, terutama karena saat melakukan operasi tersebut, dokter yang menangani memerlukan ruang dalam rongga perut sehingga memerlukan gas karbondioksida (CO2) untuk mengembangkan rongga perut, antara lain risiko yang dapat terjadi jika gas bertekanan tinggi tersebut masuk ke dalam pem- buluh darah.

Untuk meminimalkan risiko-risiko dalam tindakan laparoskopi, Hardi Susanto bersama koleganya dr Wachyu Hadisaputra, SpOG merancang dan menciptakan suatu alat untuk mendukung teknik laparoskopi ini, sehingga operasi bisa dilakukan tanpa gas karbondioksida. Penyediaan ruang di rongga perut tidak lagi menggunakan gas, melainkan dengan kait baja untuk menarik dinding perut, selanjutnya dokter melakukan langkah-langkah laparoskopi seperti biasa.

"Teknik laparoskopi tanpa gas (gasless laparoscopy) merupakan teknik yang paling canggih dan elegan dari semua teknik yang pernah dilakukan untuk tindakan operasi, sehingga risiko dapat diminimalkan," papar dokter yang memiliki hak paten internasional ini.

Selain meminimalkan risiko, teknik ini juga mempercepat pemulihan dan mengurangi nyeri luka pascaoperasi, mempersingkat waktu rawat inap sehingga hanya dalam satu atau dua hari saja pasien sudah dapat pulang dan melakukan aktivitasnya, permukaan perut pasien tidak akan memerlukan jahitan yang lebar sehingga tidak mengurangi estetika, dan meminimalkan biaya yang dikeluarkan.

Teknik laparoskopi umumnya digunakan untuk operasi di bidang ginekologi, namun digunakan juga untuk bedah umum, bedah saraf, jantung, dan ortopedi. "Meskipun laparoskopi menjadi tren dalam dunia kedokteran, namun belum semua dokter yang menguasai teknik ini. Karena itu, kami terus menyosialisasikan dan memberi pelatihan khusus, sehingga akan semakin banyak dokter spesialis yang juga menguasai teknik ini," ujar Hardi. [WIN/M-15]




5 komentar:

  1. waduh ternyata jadi wanita susah juga ya...klu haid meicy jg ngerasain sakit yg kadang2 ga sanggup nahan-a..hhhmmm harus periksa nih ke dokter...jadi takut nih kak..thanks ya kak info-a, sangat bermanfaat sekali..

    BalasHapus
  2. sama-sama Meicy. Thanks juga udah berkunjung. Sebaiknya cepat-cepat periksa deh, lebih cepat lebih baik kan?

    BalasHapus
  3. fit, info-nya berguna banget. tapi mungkin perlu jg ditambahin sama pengertian 'myom'. karena kadang-kadang ada salah pengertian antara myom dan kista.

    BalasHapus
  4. aku juga di vonis kena kista tapi saat itu aku langsung schok,jadi g banyak tanya jenis2nya tapi adanya catatan ni,aku jadi ngerti skarang thanks bgt,tp sekarang aku hamil anak kedua ni,saat hamil anak pertama kista ku g besar,yang kedua ni aku jadi takut ke dkter spesialis kandungan,barangkali da info tentang kehamilan dgn resiko kista dan kiat2 u/proses kelahirannya nanti,boleh ni kalaubisa...makasih sebelumnya.

    BalasHapus
  5. Hi mbak... makasih lho udah berkunjung dan baca2 di blog sederhana ini. Baik mba, ntar saya akan posting tentang info yang mba maksud ya... Insyaallah bisa segera diposting. Semoga mba tetap sehat dan bersemangat di kehamilan kedua ini ya mba.... amiin.

    alaika

    BalasHapus

Featured Post

Ayam Tangkap Khas Aceh ala So Good

Yuhuu, akhirnya, Ayam Tangkap Khas Aceh ala So Good siap dihidangkan! Bagi yang sering main ke Aceh, khususnya Banda Aceh, pasti sudah fa...

Popular Posts