Selasa, 30 Juni 2009

Berfantasi Boleh, Kebablasan Jangan

Fantasi Seksual jadi pembakar libido saat ranjang terasa jenuh. Sebagian orang berhasil ‘on’ berkat khayal seksual. Tapi hati-hati, jangan sampai kebablasan.
Berbicara tentang seksual dan problemanya memang ga ada matinya. Diakui atau tidak, seksualitas merupakan topic yang selalu hangat dan perlu untuk diperbincangkan. Satu lagi artikel menarik yang ditulis oleh Dharnoto untuk buku mungil Intisari edisi khusus Healthy Sexual Life-4 sudah selayaknya kita simak untuk menambah pengetahuan dalam menjinakkan topic yang satu ini. Yuk kita ikuti kisahnya….

Sari merasa seolah sedang berada di halaman neraka. Sejam lalu, sepulang kantor, Yan suaminya telah memberi kode. Itu berarti sore ini, wanita yang menolak identitasnya dipublikasikan itu harus mandi bersih, mewangikan tubuh, mempersiapkan diri.
Wanita 27 tahun ini paham, sejak ia melahirkan beberapa tahun lalu, Yan tak lagi mempedulikan perasaannya di atas ranjang. Pria wakil manajer pemasaran produk rumah tangga berusia 32 tahun itu hanya memikirkan kepuasannya sendiri. Tak ada lagi rayuan-rayuan manis pembakar gairah. Tak ada lagi pemanasan. Tahu-tahu telah dimulai. Tahu-tahu telah selesai. Tak ada yang tersisa bagi Sari.
Di saat Yan berbalik badan, dan tenggelam dalam dengkurnya, tinggallah Sari menarik napas dalam, mendinginkan libido yang terlanjur mendidih. Jika terjadi sesekali, Sari paham mungkin suaminya stress karena beban pekerjaan kantor. Tapi kalau setiap kali berhubungan, hal itu selalu terulang? Dalam hati, Sari merasa dicampakkan. Ia merasa hanya dianggap semacam ‘sex toys’.

Solusi Fantasi

Tapi, mestikah Sari merasa sedemikian terpuruk? Pastilah ia tak sendiri. Jika dibuka kotak pos pengaduan, seberapa banyak istri yang senasib dengannya, punya suami main tembak langsung begitu? Yan egois? Mungkin. Tapi solusi yang diambil Sari cukup menarik. Hanya beberapa kali ia merasa teraniaya. Selanjutnya, ia coba menyiasati situasi. Ia mengambil alih peran Yan. Maksudnya?
Sari berperan aktif dalam foreplay. Tapi maaf, “Saya membayangkan Rio, bekas pacar saya yang macho itu, agar libido saya terbawa naik.” Lalu, ketika Yan beraksi, Sari berfantasi seolah Rio menggantikan suaminya itu. Ia biarkan “Rio” mencangkul dan menyiangi dirinya. Sari amat menikmatinya, sehingga, beberapa detik sebelum Yan mencapai puncak, Sari telah lebih dulu menggapainya, berkat “bantuan” Rio.
Apakah Sari selingkuh? Secara fisik tidak. Selingkuh yang ia wujudkan dalam pikiran, hanya untuk mempercepat bangkitnya gairah agar bisa mengimbangi suaminya. Sekretaris sebuah perusahaan multinasional ini mengaku, “Saya tak berniat mewujudkan fantasi itu ke alam nyata.” Ia telah mengubur Rio dalam-dalam di masa lalu. Yang terasa hanyalah, “Kenangan tentang ke-macho-annya,” senyum Sari.
Wanita ini tak ingin menodai perkawinannya dan juga merusak rumah tangga Rio, dengan mencoba (amit-amit) mengajaknya menyeleweng. Lagi pula, Sari telah menemukan cara jitu. Sambil mencari saat yang tepat untuk berbicara dengan Yan, pelan-pelan ia mengurangi “peran” Rio. Saat membutuhkan fantasi, Sari membelokkannya dengan merangsang diri sendiri, terutama saat foreplay. Ia berusaha mengganti Rio menjadi Yan, dan mencoba menikmati milik suaminya sendiri. Hasilnya? Wanita berambut sebahu itu tersipu malu, “Sama seperti memakai fantasi.”

Sisi-sisi Fantasi

Berbeda dengan Sari, adalah Freddy (identitas disamarkan), fotografer sebuah perusahaan iklan, yang juga menggunakan fantasi seks untuk memompa libidonya. Lima belas tahun usia perkawinan, membuat pria 47 tahun ini hambar di ranjang. Freddy sendiri bukanlah tipe tak setia. Ia tak mau mencari penggai Nia di rumah bordil, meski kesempatan itu terbuka lebar. Hanya, ia suka mengeluh dalam hati, “Nia kerepotan, tak pernah urus diri, lalu melarlah badannya. Aku jadi kecil nafsu.”
Ia mencari solusi di studio foto kantornya. Seminggu 2-3 kali ada sesi pemotretan. Itu berarti setiap sesi sekitar empat jam Freddy bergaul dengan para foto-model cantik. Ia mengeksplorasi kecantikan dan lekuk tubuh si model, selain untuk difoto, juga untuk dibawa pulang. Oleh-oleh fantasi itu ia buka saat bercinta. Dengan bebas dan mudah, ia ubah Nia menjadi foto model yang secara bergilir ia “hidupkan” dalam benaknya.
Hasilnya, Nia menikmati detik per detik kehangatan ranjangnya. Akhirnya, mereka mendapatkan “akhir” yang rasanya tak bisa dikalimatkan. Ketika afterplay, di saat Freddy memeluk Nia, bau tubuh istrinya itu mengembalikan pria penggemar bebek goring itu ke alam nyata. Para model cantik nan seksi itu ia simpan rapi lagi di sudut memorinya, untuk ia mainkan lagi di lakon berikutnya.
Bagaimanapun, Freddy telah menyelamatkan perkawinannya dengan fantasi seks. Ia salah satu dari banyak lelaki yang menempuh cara itu; terutama yang memasuki masa rawan pernikahan. Sayangnya, tak sedikit pula pria yag tak kuat hidup di alam fantasi. Karen begitu lengket terbenam oleh fantasi, tak jarang nama si “wanita fantasi” meluncur bebas dari mulutnya di tengah gelora birahi.
Akibatnya, perkawinan retak. Ini bukan hanya dialami pria. Wanita pun sama. Inilah sisi bahaya fantasi seks. Yakni membiarkan fantasi menguasai alam bawah sadar, sehingga tanpa sadar bocor ke alam sadar. Padahal, belum tentu si pasangan benar berselingkuh dengan si wanita atau si pria fantasi. Sebagian besar, seperti Sari dan Freddy, hanya bermain di alam khayal belaka.

Awas Bablas

Namun, bahaya tetap saja mengancam. Fantasi yang sering diulang akan menimbulkan dorongan untuk mewujudkannya. Apalagi didorong oleh rasa penasaran ingin merasai langsung pengalaman seksual dengan si tokoh fantasi. Maka, sejengkal lagi terjadilah perselingkuhan.
Freddy termasuk yang terobsesi. Tak pernah terjadi hubungan suami istri tanpa dirangsang terlebih dahulu oleh fantasi. Akibatnya, baginya fantasi sudah menjadi kebutuhan primer. Celakanya, fantasi seks telah membayang-bayang yang terus menguntitnya ke mana pun dia pergi. Sehingga, berada di tengah para model saat pemotretan merupakan hal paling ia tunggu. Ia membayangkan apa yang ada di balik busana sang model. Bahkan terparah, ia mengandaikan bisa bersebadan dengan si model. Ia pun “melakukannya” di hadapan si model, terhadap si model itu sendiri, tanpa wanita itu tahu dirinya tengah menjadi objek seksual. Ruang fantasi Freddy terus meluas dan semakin liar. Tak lagi sekedar di studio foto. Di mana pun berada ia terus berfantasi. Di mal, bioskop, tempat parkir bahkan di rumah sakit. Ia menikmati permainan semu itu.
Tak disadari, Freddy terperosok makin dalam. Ia sulit lepas dari jejaring fantasi seks.

HATI-HATI FANTASI

Menurut Dr. Tjhin Wiguna, Sp.Kj(K), fantasi merupakan bentuk mekanisme (coping mechanism), dengan jalan melarikan diri dari kenyataan atau kondisi yang tidak mungkin terjadi di dunia realitas ke dalam dunia yang memungkinkan kondisi tersebut diwujudkan atau terjadi.
Tjhin menekankan, fantasi bukan ditentukan oleh kebutuhan, tetapi lebih biasa terjadi pada anak lelaki, di bawah usia 10 tahun, sebagai bentuk dari pola bermain mereka. Misalnya, seorang anak berpura-pura menjadi dokter, jagoan, orang tua, guru dan sebagainya.
Dalam hal Sari, yang menjadi fantasi sebagai alat sementara untuk memacu gairah agar bisa mengejar puncak sumainya, masih dapat ditoleransi. Yan bukan target permanen fantasinya. Yang coba ia kalahkan adalah memontum beberapa saat sebelum suami ejakulasi. Karenanya, Sari coba menyisihkan peran fantasi seks dengan mengupayakan perangsangan diri yang lebih efektif. Keberhasilan Sari memindahkan target kepada diri sendiri, merupakan hal positif yang tidak mencederai kesehatan jiwanya. Dengan mencoba berkomunikasi dengan suami, problemnya terselesaikan.
Agak berbeda dengan Freddy. Ia tak bisa mengubah realitas bahwa istrinya tak seperti dulu lagi. Lalu ia minta bantuan fantasi untuk “mengubah” istrinya. Memang, ia berhasil. Namun, “individu yang hidup dalam fantasinya, dan tak mampu membedakan realitas dan fantasi, menadikan fantasi itu tak sehat bagi jiwanya,” komentar Tjhin. Psikiater ini berpendapat, “Biasanya, fantasi digunakan untuk memuaskan diri sendiri.” Maaf, agak keras ia mengimbuhi, ”Ini sering terjadi pada orang yang rendah diri.”
Setiap orang dewasa, lanjutnya, seharusnya menyadari bahwa kemampuan dalam hubungan intim sangat bergantung pada lawan seksualnya dan bukan tergantung pada daya fantasinya. Karena seseorang tak mampu memerikan kebahagiaan seksual, maka akhirnya ia terjebak dalam kehidupan fantasi seksual, sehingga seolah-olah ia tampil sebagai orang yang berhasil secara seksual.

Terima Apa Adanya

Tentang Freddy, Tjhin minta agar fotografer itu memahami bahwa fantasi dengan libido merupakan dua kondisi yang berbeda. Diakui, untuk menaikkan libido seseoragn mungkin dapat berfantasi sehingga gairah seksualnya meningkat. Tapi, ketika ia kembali ke dunia nyata maka ia akan frustasi karena realitanya tak sesuai dengan fantasinya itu.
Psikiater ini mengingatkan, Freddy berada dalam kondisi berbahaya. Tindakannya berfantasi untuk menyelamatkan keutuhan rumah tangga, justru membawanya ke keretakan karena ia sudah kebablasan. Seharusnya, “Seseorang harus berusaha menerima pasangannya secara total, baik kekurangan maupun kelebihannya.”
Fantasi merupakan cara penyesuaian diri yang imatur yang tentunya tidak sehat jika selalu digunakan untuk menyelesaikan atau menyesuaikan diri sendiri. Fantasi mungkin dapat digunakan untuk menghilangkan ketegangan atau kekecewaan dalam kurun waktu singkat, tetapi bukan suatu solusi penyelesaian masalah yang baik.
Komunikasi aktif, setelah mampu memahami, mengerti dan menerima pasangan apa adanya, akan menyadarkan diri kita saat hamper terpeleset ke dalam dunia fantasi dan meninggalkan dunia nyata selamanya. Langkah ini akan membuat pasangan itu tetap sehat jiwa. Dalam jiwa yang sehat, gairah seksual mudah digugah. Hubugnan seks jadi nikmat, tak lagi seperti berada di pekarangan neraka.

Nah, tentunya anda para pembaca sudah menyimpan beberapa komentar menyangkut artikel di atas, mengapa tidak langsung meninggalkan komentar anda di kotak komentar di kolom di bawah ini. 

Tips:
Kenakan pakaian dalam yang tipis menerawang, boleh juga degan warna merangsang plus aroma yang menggelitik saraf birahi.
Kupas pakaiannya perlahan, satu demi satu.
Biarkan jemari anda bertualang, dengan usapan atau rabaan pada daerah erotis
Bisikkan pujian dengan muatan emosi.
Seks oral bisa menstimulasi dan menyulut fantasi.
Kenapa tak dicoba? :-)



6 komentar:

  1. nice article as usual *_*

    sharing sedikit...sebaiknya kalau di ranjang tidak ada yang tabu buat para suami istri. karena kadang suka mendengar curhat para lelaki bahwa istrinya tabu untuk melakukan suatu 'permainan' yang difantasikan oleh suami. akibatnya para lelaki itu mencobanya diluar bukan dengan pasangannya. jadi janganlah sungkan dan malu untuk mencoba fantasi masing-masing pasangannya....

    BalasHapus
  2. Berikan cinta yang tulus ke pasanganmu..itu akan membantu...hal2 yang negatif..dekatkan diri dengan Tuhan.

    BalasHapus
  3. semua tergantung pada kita, saling menyalahkan dan hanya melihat kekurangan suami/istri kayaknya akan menjadikan situais semakin sulit. sikap menerima apa adanya adalah jalan terbaik...walau sulit, tp pasti kita bisa melakukannya jika kita mau dan yakin, terutama dengan melihat sisi kelebihannya bukan kekuranganya (pasti ada sisi baiknya dari pasangan kita jika kita mau mencarinya) dan slalu mendekatkan diri pada yg diatas

    salam

    Den Tadek

    BalasHapus
  4. Oooo. ini terusannya kak... hehehehe serem juga yah.... :P

    BalasHapus
  5. Berfantasi perlu biar tak ada rasa bosan dan jenuh

    BalasHapus
  6. kunjungan gan.,.
    bagi" motivasi.,.
    fikiran yang positif bisa menghasilkan keuntungan yang positif pula.,..
    di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,

    BalasHapus

Featured Post

Ayam Tangkap Khas Aceh ala So Good

Yuhuu, akhirnya, Ayam Tangkap Khas Aceh ala So Good siap dihidangkan! Bagi yang sering main ke Aceh, khususnya Banda Aceh, pasti sudah fa...

Popular Posts